Rasakan... Kita di lingkaran... "...Berdiri di lingkaran, melihat, mendengar, merasakan, membaca, menulis, mencoba berbagi..."

Minggu, 31 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (84)

1/31/2010 02:52:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA MAALIKAL MULKI AATI MULKAKA MAN TASYAA-U MINNAA"
(Ya Allaah Tuhan Yang Memiliki Kerajaan/Kekuasaan, berikanlah kerajaan/kekuasaan-Mu kepada siapa yang Engkau kehendaki dari kami)

Sabtu, 30 Januari 2010

Selasa, 26 Januari 2010

Senin, 25 Januari 2010

Minggu, 24 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (80)

1/24/2010 04:09:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA BARRU ASHIB BARROKA 'ALAINAA WA AHYINAA MA'AL BAROROTIL KIROOM"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Dermawan, limpahkan kedermawanan-Mu kepada kami dan hidupkanlah kami bersama orang-orang yang dermawan lagi mulia)

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (79)

1/24/2010 03:59:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA MUTA'AALI A'LI KALIMATAKA"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Terpelihara dari semua kekurangan (Maha Luhur), luhurlah semua kalimat-MU)

Jumat, 22 Januari 2010

“Janganlah Berburuk Sangka Kepada Allah”

1/22/2010 04:15:00 AM Posted by Ady'S No comments

Para pembaca yang budiman, perlu untuk kita ketahui bersama bahwa Alloh adalah Dzat yang maha sempurna, baik dari Nama, Sifat maupun perbuatan-Nya. Tidak ada satupun aib atau cela yang terdapat pada Alloh.

Sebagai bentuk realisasi tauhid, kita dilarang mengingkari nama dan sifat yang telah ditetapkankan oleh Alloh Ta'ala. Kita wajib percaya dan menerima sesuatu yang telah ditetapkan Alloh kepada para hambaNya.


 

Segala Sesuatu Diciptakan Dengan Hikmah

Alloh menciptakan langit dan bumi beserta isinya, semuanya tentu mengandung hikmah yang agung dan tidak dalam rangka kesia-siaan.

Alloh Ta'ala berfirman yang artinya, "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah (hanya sia-sia saja). Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka…" (Ash-Shood: 27).

Termasuk tatkala Alloh memberikan manfaat (kebaikan) atau suatu mudhorot (musibah) pada seseorang, tentunya hal ini juga mengandung hikmah yang agung di dalamnya.

Untuk itu kita harus selalu ber-husnuzhon (berprasangka baik) terhadap segala sesuatu yang telah Alloh tetapkan kepada para hamba-Nya agar kita termasuk orang-orang yang beruntung.


 

Rahasia di Balik Musibah

Para pembaca yang budiman, tidaklah Alloh menimpakan suatu musibah kepada para hambaNya yang mu'min kecuali untuk tiga hal:

  1. Mengangkat derajat bagi orang yang tertimpa musibah, karena kesabarannya terhadap musibah yang telah Alloh tetapkan.
  2. Sebagai cobaan bagi dirinya.
  3. Sebagai pelebur dosa, atas dosanya yang telah lalu.


 

Su'udzon Itu Tercela

Su'udzon (berprasangka buruk) pada Alloh merupakan sifat tercela yang harus dijauhi dari diri setiap orang yang beriman karena hal ini merupakan salah satu dari dosa besar. Sikap seperti ini juga merupakan kebiasaan orang-orang kafir dan munafiq. Mereka berprasangka kepada Alloh dengan prasangka yang buruk dan mengharapkan kekalahan dan kehancuran kaum muslimin. Akan tetapi Alloh membalik tipu daya mereka serta mengancam mereka dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat.

Alloh berfirman yang artinya, "Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Alloh. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Alloh memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali." (Al-Fath: 6)

Adzab dunia yang akan diterima oleh orang kafir dan munafiq adalah berupa keresahan dan kegelisahan yang melanda hati mereka tatkala melihat keberhasilan kaum muslimin. Adapun adzab akhirat, mereka akan mendapatkan murka Alloh serta dijauhkan dari rahmat Alloh dan dimasukkan ke dalam neraka jahannam yang merupakan sejelek-jelek tempat kembali.

Berprasangka buruk pada Alloh merupakan bentuk cemooh atau ingkar pada takdir Alloh, Misalnya dengan mengatakan "Seharusnya kejadiannya begini dan begitu." Atau ucapan, "Kok rejeki saya akhir-akhir ini seret terus ya? Lagi apes memang…" serta bentuk ucapan-ucapan yang lain. Banyak orang berprasangka buruk pada Alloh baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Tidak ada yang dapat menghindar dari prasangka buruk ini kecuali bagi orang-orang yang memahami nama dan sifat Alloh. Maka sudah selayaknya bagi orang yang berakal dan mau membenahi diri, hendaklah ia memperhatikan permasalahan ini dan mau bertobat serta memohon ampun terhadap prasangka buruk yang telah ia lakukan.


 

Jauhi Prasangka Buruk Kepada Alloh

Sikap berburuk sangka merupakan sikap orang-orang jahiliyah, yang merupakan bentuk kekufuran yang dapat menghilangkan atau mengurangi tauhid seseorang. Alloh Ta'ala berfirman yang artinya, "Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Alloh seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: 'Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?' Katakanlah: 'Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Alloh.' Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: 'Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.' Katakanlah: 'Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.' Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati." (Ali-Imran: 154)

Perlu untuk kita ketahui bersama, berprasangka buruk kepada Alloh dapat terjadi pada tiga hal, yaitu:

  1. Berprasangka bahwa Alloh akan melestarikan kebatilan dan menumbangkan al haq (kebenaran). Hal ini sebagaimana persangkaan orang-orang musyrik dan orang-orang munafik. Alloh berfirman yang artinya, "Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya (terbunuh dalam peperangan, pen) dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa." (Al-Fath: 12)

    Perbuatan seperti ini tidak pantas ditujukan pada Alloh karena tidak sesuai dengan hikmah Alloh janji-Nya yang benar. Inilah prasangka orang-orang kafir dan Neraka Wail-lah tempat mereka kembali.

  2. Mengingkari Qadha' dan Qadar Alloh yaitu menyatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi di alam ini yang di luar kehendak Alloh dan taqdir Alloh. Seperti pendapat Sekte Qodariyah.
  3. Mengingkari adanya hikmah yang sempurna dalam taqdir Alloh. Sebagaimana pendapat Sekte Jahmiyah dan Sekte Asy'ariyah.


 

Iman dan tauhid seorang hamba tidak akan sempurna sehingga ia membenarkan semua yang dikabarkan oleh Alloh, baik berupa nama dan sifat-sifat-Nya, kesempurnaan-Nya serta meyakini dan membenarkan janji-Nya bahwa Dia akan menolong agama ini

Untuk itu sekali lagi marilah kita instropeksi diri, apakah kita termasuk orang yang seperti ini (orang gemar berprasangka buruk pada Alloh) sehingga kita dijauhkan dari surga Alloh yang kekal? Kita berdo'a kepada Alloh agar menjauhkan kita semua dari berprasangka buruk kepadaNya.

Wallohu a'lam.


 

(Penulis: Abu Farhan Wali Sabara; artikel www.muslim.or.id)

Kamis, 21 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (78)

1/21/2010 04:03:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA WAALII ANTA WAALII AMRINAA FAASRI' NUSHROTAKA LANAA"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Menguasai, Engkau adalah Penguasa urusan kami, maka segerakanlah pertolongan-Mu kepada kami)

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (77)

1/21/2010 04:00:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA BAATHINU ABTHIN 'UYUUBANAA WASTUR 'AUROOTINAA"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Menyembunyikan, sembunyikanlah cacat kami dan tutuplah rahasia kami)

Rabu, 20 Januari 2010

“Jangan Terlena Dengan Kenikmatan Semu Itu”

1/20/2010 03:40:00 AM Posted by Ady'S No comments

Di saat Allah menghendaki terjadinya hari kiamat, Dia pun memerintahkan malaikat Israfil untuk meniup terompetnya dua kali. Tiupan pertama sebagai pertanda untuk membinasakan seluruh makhluk yang ada di muka bumi dan langit, sedangkan tiupan kedua untuk membangkitkan mereka kembali.

Allah ta'ala berfirman:

"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)." (QS. Az-Zumar: 68)

Maka, setelah malaikat Israfil meniupkan terompetnya yang kedua kalinya, seluruh makhluk pun dibangkitkan dari kuburnya oleh Allah ta'ala, lalu mereka dikumpulkan dalam suatu padang yang amat luas yang rata dengan tanah (QS. Thaha: 107. Lihat Tafsir As-Sa'di hal. 462), dalam keadaan tidak berpakaian, tidak memakai sandal, tidak berkhitan dan tidak membawa sesuatu apapun.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Pada hari kiamat nanti para manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak memakai sandal, tidak berpakaian dan dalam keadaan belum berkhitan. Aisyah bertanya, 'Wahai Rasulullah, kaum pria dan wanita (berkumpul dalam satu tempat semuanya dalam keadaan tidak berbusana?!) apakah mereka tidak saling melihat satu sama lainnya?' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun menjawab, 'Wahai Aisyah kondisi saat itu amat mengerikan sehingga tidak terbetik sedikit pun dalam diri mereka untuk melihat satu sama lainnya!'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Ya, saat itu masing-masing dari mereka memikirkan dirinya sendiri dan tidak sempat untuk memikirkan orang lain, meskipun itu adalah orang terdekat mereka. Allah ta'ala berfirman:

"Pada hari itu manusia lari dari saudaranya. Dari bapak dan ibunya. Dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya." (QS. 'Abasa: 34-37)

Semua manusia saat itu berada di dalam ketidakpastian, masing-masing menunggu apakah ia termasuk orang-orang yang beruntung dimasukkan ke taman-taman surga, ataukah mereka termasuk orang yang merugi dijebloskan ke dalam lembah hitam neraka.

Dalam kondisi seperti itu Allah ta'ala mendekatkan matahari sedekat-dekatnya di atas kepala para hamba-Nya, hingga panasnya sinar matahari yang luar biasa itu mengakibatkan keringat mereka bercucuran.

Al-Miqdad bin al-Aswad bercerita: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Pada hari kiamat nanti matahari turun mendekati para makhluk hingga hanya berjarak satu mil… Pada saat itu kucuran keringat masing-masing manusia tergantung amalannya; di antara mereka ada yang keringatnya sampai di mata kakinya, ada pula yang keringatnya sampai lututnya, ada yang keringatnya sampai perutnya serta ada yang tenggelam dalam keringatnya sendiri!" (HR. Muslim)

Demikianlah para manusia saat itu berada di dalam kesusahan, kebingungan dan ketidakpastian yang tiada bandingannya, padahal satu hari pada saat itu bagaikan 50 ribu tahun hari-hari dunia! (Lihat Majmu' Fatawa wa Rasa'il Ibn Utsaimin (II/23))

Allah ta'ala berfirman:

"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Allah dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun." (QS. Al-Ma'arij: 4)

Seandainya kita mau berpikir betapa mengerikannya hari-hari itu lantas kita merenungkan jalan hidup kebanyakan manusia di dunia yang kita lihat selama ini, niscaya kita akan sadar betul bahwa ternyata masih banyak di antara kita yang telah terlena dengan keindahan dunia yang semu ini dan lupa bahwa setelah kehidupan dunia yang sementara ini masih ada kehidupan lain yang kekal abadi yang lamanya satu hari di sana sama dengan 50 ribu tahun di dunia!

Kita telah terlena dengan gemerlapnya dunia dan lupa untuk beribadah kepada Allah dan beramal saleh, padahal pada hakikatnya kita hanya diminta untuk beramal selama 30 tahun saja! Tidak lebih dari itu. Suatu waktu yang amat singkat!

Ya, kalaupun umur kita 60 tahun, sebenarnya kita hanya diminta untuk beramal selama 30 tahun saja. Karena umur yang 60 tahun itu akan dikurangi masa tidur kita di dunia yang jika dalam satu hari adalah 8 jam, berarti masa tidur kita adalah sepertiga dari umur kita yaitu: 20 tahun Lalu kita kurangi lagi dengan masa kita sebelum balig, karena seseorang tidak berkewajiban untuk beramal melainkan setelah ia balig, taruhlah jika kita balig pada umur 10 tahun, berarti umur kita hanya tinggal 30 tahun!

Subhanallah, bayangkan, pada hakikatnya kita diperintahkan untuk bersusah payah dalam beramal saleh di dunia hanya selama 30 tahun saja! Alangkah naifnya jika kita enggan untuk bersusah payah selama 30 tahun di dunia beramal saleh, sehingga akan berakibat kita mendapat siksaan yang amat pedih di akhirat selama puluhan ribu tahun!

Allah telah memperingatkan supaya kita tidak tertipu dengan kehidupan duniawi yang fana ini dalam firman-Nya.

"Wahai para manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayai kalian, dan janganlah sekali-kali (syaitan) yang pandai menipu, memperdayakan kalian dari Allah." (QS. Faathiir: 5)

Mengapa orang yang tertipu dengan kehidupan duniawi benar-benar telah merugi? Karena kenikmatan dunia seisinya tidak lebih berharga di sisi Allah dari sebuah sayap seekor nyamuk!

Sahl bin Sa'd bercerita bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Seandainya dunia sepadan dengan (harga) sayap seekor nyamuk; niscaya orang kafir tidak akan mendapatkan (kenikmatan dunia meskipun hanya seteguk air." (HR. Tirmidzi)

Maka mari kita manfaatkan kehidupan dunia yang hanya sementara ini untuk benar-benar beribadah kepada Allah ta'ala, mulai dari mencari ilmu, shalat lima waktu berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada sesama terutama tetangga, mendidik keluarga sebaik-baiknya. Juga berusaha untuk menjauhi apa yang dilarang-Nya. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang disebutkan Allah ta'ala dalam firman-Nya:

"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, 'Ya Rabbi, keluarkanlah kami. niscaya kami akan mengerjakan amalan saleh berlainan dengan apa yang telah kami kerjakan.' Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup bagi orang yang mau berpikir?! Maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun." (QS: Faathir: 37)

Namun mereka tidak akan mungkin bisa kembali lagi ke dunia. Demikian pula mereka tidak akan mati di neraka. Allah ta'ala bercerita:

"Mereka berseru, 'Wahai Malik, biarlah Rabb-Mu membunuh kami saja.' Dia menjawab, 'Kalian akan tetap tinggal (di neraka ini). Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kalian, namun kebanyakan kalian benci terhadap kebenaran tersebut.'" (QS. Az-Zukhruf: 77-78)

Jangankan untuk menghentikan siksaan, untuk mendapatkan setetes air pun mereka tidak bisa. Allah ta'ala mengisahkan:

"Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, 'Berilah kami sedikit air atau makanan yang telah diberikan Allah kepada kalian.' Mereka (penghuni surga) menjawab, 'Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.' (Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami." (QS. Al-A'raf: 50-51)

Semoga kita semua bukan termasuk golongan tersebut di atas, amin ya Rabbal 'alamin.


 

(Sumber: Abu Abdirrahman Abdullah Zaen, Lc.; artikel www.muslim.or.id)

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (76)

1/20/2010 03:20:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA ZHOOHIRU AZHHIRIL HAQQO 'ALAINAA WARZUQNATTIBAA'AH"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Nyata, tampakkanlah kebenaran kepada kami, berikan kami kesanggupan untuk mengikutinya)

Selasa, 19 Januari 2010

Senin, 18 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (74)

1/18/2010 04:05:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA AWWALU ADKHILNAL JANNATA MA'AL AWWALIIN"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Pertama, masukkanlah kami ke dalam syurga bersama orang-orang yang pertama masuk syurga)

Minggu, 17 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (73)

1/17/2010 04:24:00 PM Posted by Ady'S No comments

"YAA MUAKHKHIRU AKHKHIR HAYAATANAA BIHUSNIL KHOOTIMAH"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Mengakhirkan, akhirkanlah hidup kami dengan husnul khotimah)

Jumat, 15 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (72)

1/15/2010 04:28:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA MUQODDIMU QODDIM HAWAAIJANAA FIDDUN-YA WAL AAKHIROH"

(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Mendahulukan, dahulukanlah keperluan kami di dunia dan di akhirat)

Kamis, 14 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (71)

1/14/2010 04:03:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA MUQTADIRU IQTADIRLANAA ZAUJAN WA KHOIRON KULLAHU"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Menentukan, tentukanlah untuk kami istri dan semua kebaikannya)

Selasa, 12 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (70)

1/12/2010 05:34:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA QOODIRU BIQUDROTIKA ANJIB MIN ZHAHRINAA ZHURRIYYATAN THOYYIBAH"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan kekuasaan-Mu lahirkanlah dari tulang punggung kami anak keturunan yang baik)

Senin, 11 Januari 2010

“Menakar Kemuliaan Akhlak”

1/11/2010 03:55:00 AM Posted by Ady'S No comments


 

Setiap orang ingin merasakan kebahagiaan. Ada yang menyangka dengan datangnyauang maka ia akan menjadi bahgia sehingga iapun mencari uang mati-matian. Ada juga yang menyangka bahwa kedudukan bisa membuatnya bahagia, maka ia pun mencoba merebut kedudukan. Ada yang menyangka penampilanlah yang akan membuatnya bahagia, maka mati-matian ia mengikuti mode. Ada yang menyangka banyaknya pengikut membuatnya bahagia, begitu seterusnya.

Setiap kali kita membutuhkan sesuatu dari selain kita, kita menyangka bahwa itulah yang akan membuat kita bahagia. Kita menggantungkan harapan pada selain kita, selain Allah. Padahal semakin kita berarap orang lain berbuat sesuatu untuk kita maka sebenarnya peluang bahagia itu malah akan terus menurun. Kenapa? Ibarat cahaya matahari yang memancar tanpa membutuhkan input dari luar, kebahagiaan yang hakiki itu justru datang bukan dari seseorang atau dari sesuatu.

Salah satu bentuk kebahagiaan yang sejati adalah ketika kita hanya menggantungkan segala urusan kepada Allah. Bagi orang yang mengenal Allah dengan baik, dan ia tidak berharap banyak dari selain Allah, itulah salah satu kebahagiaan. Maka bagi kita yang selama ini masih sangat ingin dihargai, masih sangat ingin dihormati, masih sangat ingin dibedakan oleh orang lain, masih sangat ingin diberi ucapan terima kasih ketika melakukan sesuatu untuk orang lain, atau masih sangat ingin dipuji, maka sebenarnya makin tinggi kebutuhan kita akan penghargaan dari orang lain, itulah yang akan menyempitkan hidup kita. Barang siapa yang berhasil lepas dari kebutuhan-kebutuhan semacam itu, dan kita sudah mulai bisa menikmati indahnya memberikan senyuman kepada orang lain dan bukannya diberi senyuman; atau merasakan nikmatnya bisa menyapa orang lain dan bukan disapa, nikmatnya menyalami dan bukan menunggu disalami, semakin kita tidak berharap orang berbuat sesuatu untuk kita, maka inilah fondasi kita dalam menikmati hidup ini. Kenyataan yang ada di masyarakat kita dengan terjadinya beraneka kemunkaran, kezhaliman dan kejahatan, itu disebabkan karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk dan tidak kepada Allah.

Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah, suatu ketika Rasulullah Saw. ditanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau diutus ke bumi?" Maka jawaban Rasulullah sangat singkat sekali, "Sesungguhnya aku diutus ke bumi hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak." Menurut Imam Al Ghazali, berdasarkan apa yang bisa saya fahami, akhlak itu adalah respon spontan terhadap suatu kejadian. Pada saat kita diam, tidak akan kelihatan bagaimana akhlak kita. Akan tetapi ketika kita ditimpa sesuatu baik yang menyenangkan ataupun sebaliknya, respon terhadap kejadian itulah yang menjadi alat ukur akhlak kita. Kalau respon spontan kita itu yang keluar adalah kata-kata yang baik, mulia, berarti memang sudah dari dalamlah kemuliaan kita itu. Tanpa harus dipikir banyak, tanpa harus direkayasa, sudah muncul kemuliaan itu. Sebaliknya kalau kita memang sedang dikalem-kalem, tiba-tiba terjadi sesuatu pada diri kita, misalnya sandal kita hilang, atau ada orang yang menyenggol, mendengar bunyi klakson yang nyaring lalu tiba-tiba sumpah serapah yang keluar dari mulut kita, maka lemparan yang keluar sebagai respon spontan kita itulah yang akan menunjukkan bagaimana akhlak kita. Maka jika bertemu dengan orang yang meminta sumbangan lalu kita berfikir keras diberi atau jangan. Kita berfikir, kalau dikasih seribu, malu karena nama kita ditulis, kalau diberi lima ribu nanti uang kita habis. Terus... berfikir keras hingga akhirnya kita pun memberi akan tetapi niatnya sudah bukan lagi dari hati kita karena sudah banyak pertimbangan. Padahal keinginan kita semula adalah untuk menolong. Kalau sudah demikian, sebetulnya bukan akhlak dermawan yang muncul.

Saudar-saudaraku sekalian, inilah sekarang paling menjadi masalah bagi peradaban kita. Kita mempunyai anak, dia memiliki gelar yang bagus, sekolahnya pun di tempat yang bergengsi, tapi akhlaknya jelek, maka tidak ada artinya. Kita punya dosen, gelarnya berderet banyak, rumahnya pun mentereng, tapi jikalau akhlaknya, celetuk-celetukannya atau sinisnya tidak mencerminkan struktur keilmuan seperti yang dimilikinya, maka jatuhlah ia. Ada orang yang dianggap dituakan, tetapi akhlaknya jelek, maka walaupun ia dituakan, dia gagal mendapatkan penghormatan. Atau kita punya atasan, seorang pejabat yang bagus karirnya akan tetapi akhlaknya, ...Masya Allah, sudah punya isteri tapi ia dikenal berzina dengan perempuan lain, di kantor ia mengambil harta dengan cara tidak halal, maka jatuhlah ia.

Sekarang ini krisis terbesar kita memang krisis akhlak. Oleh karena itu, saya sependapat dengan seorang pengusaha terkenal dari Jepang yang mengatakan bahwa jikalau seseorang ingin memimpin perusahaan dengan baik, maka sebetulnya skill atau keahlian itu cukup 10% saja, yang 90% adalah akhlak. Karena akhlak yang baik, orang yang cerdas pun mau bergabung denganya. Mereka merasa aman, merasa tersejahterakan lahir batinnya. Akibatnya, berkumpulah para ahli. Kemudian kepada mereka diberikan motivasi dengan akhlak yang baik maka jadilah sebuah prestasi yang besar. Oleh karena itu sebenarnya kesuksesan itu adalah milik orang yang berakhlak mulia.

Sekedar ilustrasi, suatu saat sedang terjadi dialog antara suami dan isteri. Sang isteri menginginkan anaknya menjadi bintang kelas, akan tetapi sang suami mengatakan bahwa bintang kelas itu bukan alat ukur kesuksesan anak sekolah. Menjadi bintang kelas itu tidak harus, tidak wajib. Yang wajib bagi anak itu adalah memiliki akhlak yang mulia. Apalah artinya ia menjadi bintang kelas apabila kemudian ia jadi terbelenggu oleh keinginan dipuji teman-temannya. Jadi dengki terhadap orang-orang yang pandai dikelasnya, atau menjadi takabbur karena kepandaiannya itu. Apa artinya bintang kelas seperti ini? Lebih baik lagi jika kita bangun mental anak kita lebih bagus, matang pada tiap tahapannya. Kalaupun suatu saat ia ditakdirkan menjadi bintang kelas, maka itu adalah buah dari pemikirannya. Sementara itu ia pun sudah siap denga mentalnya: tidak dengki, tidak iri, tidak jadi sombong. Nilai ini tentunya jadi lebih bagus daripada nilai menjadi bintang kelasnya. Apalah artinya kita lulus terbaik jika kemudian menjadi jalan ujub takabbur. Lulus itu hanya nilai,nilai, nilai....

Saudara-saudara sekalian, inilah yang sepatutnya menjadi bahan pemikiran kita. Kita berbicara seperti ini sebenarnya bukan untuk memikirkan seseorang. Siapa yang akhlaknya demikian, demikian... Kita berbicara seperti ini adalah untuk memikirkan diri kita sendiri. Apakah saya itu berakhlak benar atau tidak? Bagaimana cara melihatnya? Ya, lihat saja kalau kita mendapati masalah. Bagaimana respon spontan kita? Bagaimana struktur kata-kata kita, raut wajah kita? Apakah kita cukup temperamental? Apakah kata-kata kita keji, menyakiti, arogan? Itulah diri kita. Kesuksesan dan kegagalan itu bergantung pada hal semacam ini. Bergantung apa yang kita lakukan. Apakah dengan DT bisa menjadi sebesar ini sudah menjadi tanda kesuksesan? Belum. Masih jauh. Kalau hanya alat ukur kemajuan bertambahnya bangunan atau tanah, ah... orang-orang kafir juga bisa melakukannya. Kalau hanya sekedar jama'ah berhimpun banyak, itupun gampang. Tetapi apakah dakwah ini telah mampu merobah akhlak kita? Itulah alat ukurnya.

Sering diungkapkan, bagaimana ukuran kesuksesan seseorang dalam berdakwah? Gampang. Kesuksesan seseorang yang berdakwah adalah apakah dirinya pun bisa berubah menjadi lebih baik atau tidak? Kalau hanya berbicara seperti ini, mengeluarkan dalil tapi yang bersangkutan akhlaknya tidak berubah, itu malah mencemarkan agama. Kesuksesan dakwah bukan karena banyaknya pendengar atau jumlah jama'ah karena dakwah itu bukan sekedar menikmati kata-kata. Kesuksesan berdakwah adalah ketika yang berdakwah ini pun semakin baik akhlaknya, semakin tinggi nilai kepribadiannya. Insya Allah. Mudah-mudahan keluhuran pribadi itulah yang menjadi alat dakwah kita. Bukan hanya mengandalkan kekuatan kata-kata belaka.

Barakallahu lii wa lakum.


 

(M-Qolbu, KH Abdullah Gymnastiar)

Minggu, 10 Januari 2010

“Kisah Berpisahnya Roh Dari Jasad”

1/10/2010 05:40:00 AM Posted by Ady'S No comments


 

Dalam sebuah hadith daripada Aisyah r.a katanya, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah. Tiba-tiba Rasulullah S.A.W datang dan masuk sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangun karena menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu baginda masuk ke dalam rumah. Nabi S.A.W bersabda, "Duduklah di tempat duduk, tidak usahlah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Maka Rasulullah S.A.W duduk sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu baginda berbaring dan tertidur.

Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapat 19 rambut yang sudah putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan oleh nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalir air mataku jatuh menitis pada wajah baginda.

Baginda terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Masa aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah S.A.W bertanya, "Keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayat?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!"

Rasulullah S.A.W berkata, "Engkaulah katakan!," Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayat ketika keluarnya mayat dari rumahnya di mana anak-anaknya sama-sama bersedih hati di belakangnya. Mereka sama-sama berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Ayahnya pula mengatakan: "Aduhai anak!"

Rasulullah S.A.W bertanya lagi: "Itu juga termasuk hebat. Maka, manakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat ketika ia diletakkan ke dalam liang lahat dan ditimbuni tanah ke atasnya. Kaum kerabat semuanya kembali. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya semuanya kembali, mereka menyerahkan kepada Allah berserta dengan segala amal perbuatannya." Rasulullah S.A.W bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah, "Hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih tahu."

Maka bersabda Rasulullah S.A.W : "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayat ialah ketika orang yang memandikan masuk ke rumahnya untuk memandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha, sama melepaskan serban dari kepalanya untuk dimandikan.

Di kala itu rohnya memanggil, ketika ia melihat mayat dalam keadaan telanjang dengan suara yang seluruh makhluk mendengar kecuali jin dan manusia yang tidak mendengar. Maka berkata roh, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu karena Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku berrehat dari kesakitan sakaratul maut." Dan apabila air disiram maka akan berkata mayat, "Wahai orang yang memandikan akan roh Allah, janganlah engkau menyiram air dalam keadaan yang panas dan janganlah pula dalam keadaan sejuk karena tubuhku terbakar dari sebab lepasnya roh," Dan jika mereka memandikan, maka berkata roh: "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh."

Apabila telah selesai dari dimandikan dan diletakkan pada kafan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayat memanggil, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau kuat-kuatkan dalam mengafani kepalaku sehingga aku dapat melihat wajah anak-anakku dan kaum keluargaku sebab ini adalah penglihatan terakhirku pada mereka. Adapun pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidak akan dapat berjumpa lagi sehingga hari kiamat."

Apabila mayat dikeluarkan dari rumah, maka mayat akan menyeru, "Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda, maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim, janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak lagi akan kembali untuk selama-lamanya."

Apabila mayat diletakkan ke dalam keranda, maka berkata lagi mayat, "Demi Allah, wahai jemaahku, janganlah kamu percepatkan aku sehingga aku mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku. Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga hari kiamat."


 

(1001 Teladan)

Sabtu, 09 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (68)

1/09/2010 04:00:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA WAAHIDU WAHHID TAFARRUQONAA WAJMA'SYAMLANAA"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Esa/Menyatukan, persatukanlah perpecahan kami dan kumpulkanlah keberantakan kami)


"YAA AHAD"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Esa)

Jumat, 08 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (66)

1/08/2010 04:05:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA WAAJIDU AUJID MAADHOO'A ANNAA"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Mewujudkan/Menemukan, ketemukanlah apa-apa yang hilang dari kami)

Kamis, 07 Januari 2010

Rabu, 06 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (64)

1/06/2010 05:34:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA HAYYU AHYI WANAMMI SA'YANAA WASYARIIKATANAA WAZIRO'ATANAA"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Hidup/Menghidupkan, hidupkanlah dan kembangkanlah usaha kami, perusahaan kami dan tanaman kami)

Selasa, 05 Januari 2010

Senin, 04 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (62)

1/04/2010 04:20:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA MUHYII LAKA NUHYII FAHAYYINAA BISSALAAM"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Menghidupkan, karena Engkau kami hidup, hidupkanlah kami dengan penuh keselamatan)

Minggu, 03 Januari 2010

Sabtu, 02 Januari 2010

Do'a dan Makna Asmaa ul Husnaa (59)

1/02/2010 03:28:00 AM Posted by Ady'S No comments

"YAA MUHSHII AHSHINAA MIN ZUMROTIL MUWAHHIDIIN"
(Ya Allaah Tuhan Yang Maha Menghitung, hitunglah kami termasuk orang-orang yang meng-Esakan Engkau)

Jumat, 01 Januari 2010

Arsip Blog

About Me

Foto Saya
Ady'S
Berdiri di lingkaran, melihat, mendengar, merasakan, membaca, menulis, mencoba berbagi...
Lihat profil lengkapku

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.