Rasakan... Kita di lingkaran... "...Berdiri di lingkaran, melihat, mendengar, merasakan, membaca, menulis, mencoba berbagi..."

Selasa, 16 September 2008

Ramadhan, Pemersatu Kultur dan Sosial Umat

9/16/2008 12:10:00 AM Posted by Ady'S No comments
Setiap tahun Ramadhan datang kepada kita, kita luapkan kegembiraan dengannya, kita tampakkan kesukaan dan kita sambut tamu yang agung ini. Dan, di setiap tahun kita hidupkan syiar puasa dan kita junjung tinggi sehingga tumbuh berkembanglah sisa-sisa ketakwaan pada jiwa kaum muslimin, apabila manusia masih menjunjung tinggi syiar ini.
Pada bulan Ramadhan tampak jelas kasih sayang Allah swt kepada hamba-hamba-Nya. Kita lihat mereka menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan shalat, membaca Alquran dan berzikir, sedangkan siangnya mereka berpuasa dalam rangka memenuhi seruan Allah swt kepada mereka dalam firman-Nya,
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS Al-Baqarah: 185).
Juga, dalam rangka mengikuti sunah Rasulullah saw. yang bersabda,
"Puasa dan Alquran, keduanya, akan memberi syafaat bagi seseorang di hari kiamat. Puasa berkata, 'Wahai Rabbi, aku telah menghalanginya dari makan dan minum, maka biarkan aku memberi syafaat baginya.' Dan, Alquran pun berkata, 'Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka biarkan aku memberi syafaat baginya.' Beliau bersabda, 'Maka keduanya memberi syafa’at’." (HR Ahmad).
Adapun pada kesempatan ini kita tidak akan membahas tentang pentingnya puasa, atau tentang hukum-hukum seputar puasa, atau tentang keutamaan orang yang berpuasa yang menghidupkan malamnya, akan tetapi kita akan membahas dua sisi yang sangat penting dari segmen kehidupan kita. Yaitu, sisi kultur budaya dan sisi sosial yang ternyata Ramadhan mempunyai pengaruh yang sangat besar pada kedua sisi kehidupan tersebut. Atau dengan kata lain, Ramadhan mempunyai ketinggian kultur budaya dan sosial yang mengarahkan kita kepadanya sehingga umat terbentuk pula dengannya.
Pada bulan ini persatuan kebudayaan umat akan terlihat dengan ciri khusus. Pandangan dan pemikiran akan tertuju pada Alquran dengan versi lain daripada bulan-bulann yang lain, sehingga sekalipun orang yang selama setahun tidak pernah memegang mushaf (Alquran) tetap akan terketuk jiwanya, terharu dan tersentuh hatinya ketika menyaksikan fenomena bahwa di setiap sudut masjid, musalla, dan rumah-rumah banyak dibaca Alquran, bahkan sampai stasiun radio ataupun tv ikut menyiarkannya. Pada bulan ini jutaan kaum muslimin membaca Alquran, tidak seperti hari-hari yang lain; masjid-masjid dan musala-musala penuh, tidak seperti hari-hari sebelumnya, jadwal makan mereka sama bahkan meskipun dengan bermacam-macam tingkat kehidupan, etnis, dan adat-istiadat di berbagai daerah yang berbeda akan tetap ada kedekatan dan kesamaan.
Bulan yang mulia ini juga mampu membentuk masyarakat menjadi islami dan bulan ini juga menjadi masa diagungkannya satu syiar terbesar dari Islam, satu rukun dari rukun Islam yang lima. Dan, pada bulan ini tidak didapati suatu kelompok kaum muslimin yang menyebarkan pemikiran bidah, khurafat, dan syirik, melainkan suatu cahaya dalam budaya umum di masyarakat yaitu budaya Ramadhan. Bulan ini juga yang meningkat berkahnya dengan setiap perkataan luhur yang kita akan membiasakannya pada hari-hari setelahnya. Meskipun setiap individu umat Islam ini berbeda makanan dan minuman, bahasa, pemikiran, warna kulit, etnis, dan lain-lalinnya, akan tetapi Ramadhan mempunyai ciri khas dalam hal makan, berbicara, shalat, bahkan sampai hal membaca Alquran. Hal itu karena Ramadan mampu menyatukan urusan makan dan tata caranya untuk setiap penjuru di belahan dunia Islam, yang apabila setiap orang sibuk, lalu datanglah hidangan pada waktunya, kemudian mereka berkumpul bersama satu keluarga dalam suasana kebersamaan yang dipenuhi dengan kedamaian Ramadhan baik hidangannya mewah dan bermacam-macam ataupun hanya makanan yang sederhana, akan tetapi waktu dan cara melahapnya sama.
Dalam hal bertutur kata, maka Ramadhan memberikan jalan menuju kewibawaan, sedikit bicara dan banyak zikir. Hal itu merupakan faedah yang besar yang tercurah sesuai dengan tujuan dari bulan yang mulia ini untuk mendidik kita membudayakan banyak berbuat (amal) dan sedikit bicara. Ramadhan mengajari manusia untuk menyelesaikan amal (pekerjaan) dan untuk tidak bersenda gurau dengan perkataan yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Seperti yang diungkapkan oleh Malik bin Nabi,
"Sesungguhnya Ramadhan mengajari kita 'manthiq amali' (mengungkapkan sesuatu dengan perbuatan), sehingga kita mengupayakan perkataan yang sesuai Alquran dengan mengamalkan perkataan itu."
Adapun mengenai shalat, maka Ramadhan menambah aroma yang khas ketika sedikit orang yang shalat sendirian dan banyak yang berjamaah, dan orang-orang selalu giat mendatangi shalat jamaah subuh setelah mereka lalai untuk mengerjakannya sepanjang tahun. Begitu juga dengan shalat sunah, seakan mendapat perhatian. Malam-malam menjadi hidup, karena mereka menghidupkannya dengan shalat tarawih. Meskipun banyak juga kaum muslimin yang begadang pada malam bulan Ramadhan dengan main kartu dan hal-hal lain yang melalaikan, akan tetapi tidak diragukan bahwa banyak pula di antara mereka yang memperbarui hubungan mereka dengan masjid-masjid, shalat jamaah, qiyamul lail, dan mengerjakan sunnah lainnya.
Tentang Alquran, ia mendapat perhatian yang sangat besar, di sela-sela kesibukan manusia, kadang-kadang ada yang tidak sempat membaca Alquran selama setahun tetapi pada bulan ini, ia memperbarui hubungannya dengan kitab Allah swt ini. Bahkan, ada yang tidak memutuskan hubungannya dengan Alquran meskipun Ramadhan telah berlalu, dan dia tetap berinteraksi dengannya karena telah merasuk di dalam hatinya rasa cinta terhadap Alquran dan membacanya pada bulan Ramadhan.
Adapun dari segi adab, maka kultur budaya syar'i telah mendapat jalan yang membuat manusia secara umum berperilaku dengannya. Kita lihat seorang muslim yang berpuasa selalu berusaha menjauhi semua yang dilarang Allah, baik ucapan maupun perbuatan. Ia menjaga lisannya dari berkata dusta, ngerumpi, mengadu domba, mengejek, mencela, dan semua perkataan keji. Ia juga menjaga pandangannya dari hal-hal yang diharamkan. Ia juga menjaga telinganya dari mendengarkan hal-hal yang haram didengar. Menjaga perutnya dari pendapatan (rezeki) yang tidak halal. Dengan semua itu, berarti Ramadhan mewajibkan manusia untuk berperilaku baik, dalam hal berpakaian, makan, dan berbicara seperti yang telah kita jelaskan di atas. Sebagai penjagaan bagi orang yang berpuasa untuk tidak merusak keagungan Ramadhan, dan sebagai kehati-hatian agar tidak lenyap nilai puasanya, juga sebagai pengamalan sabda Rasulullah saw,
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, maka bagi Allah tidak ada artinya meskipun dia meninggalkan makan dan minum."
Rasulullah saw juga bersabda,
"Puasa adalah perisai, maka apabila seseorang berpuasa, janganlah ia berkata keji dan membuat gaduh. Dan, jika ada yang mencelanya, hendaknya dia berkata, 'Saya adalah orang yang berpuasa." (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian, seorang muslim, anggota tubuhnya, akalnya, dan jiwanya bersatu tertuju kepada Allah SWT. Karena, ia selalu merasa diawasi lahir maupun batin, sadar dan takut apabila ia termasuk dari yang disabdakan Nabi saw.,
"Berapa banyak orang yang berpuasa, akan tetapi tidak mendapat sesuatu dari puasanya, kecuali hanya lapar dan haus." (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Inilah sebagian sisi pemersatu kultur budaya yang ditancapkan oleh Ramadhan dalam jiwa setiap individu kaum muslimin, pemersatu tata cara bertutur kata, makan, melaksanakan kewajiban, dan juga pemersatu adab. Sehingga, bertambah tinggilah martabatnya yang terbentuk dalam setiap diri dan masyarakat. Jika Anda berkunjung ke beberapa daerah, seperti Arab Saudi, Kuwait, atau Malaysia, Indonesia, atau jika Anda datang ke Turki, Pakistan, atau Nigeria, atau jika Anda berpuasa di Afrika atau di Yaman, Anda bisa perhatikan persatuan dalam kultur budaya yang dapat dirasakan oleh manusia pada bulan yang mulia ini di belahan bumi mana pun yang dihuni kaum muslimin.
Dengan ini kita katakan bahwa persatuan umat telah tampak dalam aspek politik, ekonomi, dan dalam aspek yang lain. Tetapi, syiar Allah dan hari-harinya tampak dengan ketinggian dan kejelasan kultur budayanya atau dari kejelasannya dalam pemikiran, ilmiah, perilaku dan amaliah, atau dengan ungkapan Ibnu Nabi di atas. Persatuan masyarakat untuk umat pada bulan Ramadhan.
Telah tampak pula pada bulan Ramadhan persatuan antara kaum muslimin ketika perasaan bersatu dan saling bahu-membahu tumbuh di kalangan kaum muslimin. Orang yang berpuasa saling memberikan kasih sayang dan perasaannya kepada sesama manusia di sekelilingnya ketika mereka sama-sama berpuasa. Bahkan, mereka merasakan adanya suatu ikatan yang kuat dengan tetangga, saudara, sahabat, keluarga, dan orang yang ditanggungnya. Jika semuanya berpuasa, semuanya terhalang dari kenikmatan dunia dalam rangka memenuhi seruan Allah swt.
Sesungguhnya orang kaya dan orang miskin; pemimpin dan bawahan; perempuan dan laki-laki; orang Arab dan non-Arab; orang tua maupun kaum muda, mereka semua berpuasa atau tidak berpuasa tanpa ada keutamaan atau kelebihan kecuali dengan adanya uzur syar'i. Maka, tidak ada pengecualian dan tidak bisa keluar dari kewajiban ini dengan alasan kedudukan, jabatan, harta, atau hubungan kekerabatan. Di sini tampaklah ketinggian penyatuan rasa, ketika komitmen manusia kepadanya sama seluruhnya. Baik fakir maupun kaya semua berasal dari satu tanah. Tetapi, orang kaya juga merasakan apa yang diderita kaum miskin dalam masalah lapar sepanjang tahun ketika ia mencoba untuk menahan lapar beberapa hari. Tampak jelaslah standar Islam dalam memandang kemuliaan sesama manusia. Tidak atas dasar bentuk, warna kulit, etnis, tetapi atas dasar takwa dan amal salih, atas dasar apa yang diupayakan oleh setiap individu, baik dalam keadaan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi dari kesungguhan beribadah. Itulah yang menjadi tolok ukur perbedaan dalam masyarakat. Adapun di sisi Allah swt,
"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian."
Dan,
"Telah diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa."
Itulah persatuan masyarakat dalam naungan peribadatan kepada Allah swt.
Dari sisi lain, bulan ini juga mampu mempertipis kesenjangan antara orang-orang miskin dan orang-orang kaya, ditinjau dari dua hal.
1. Banyak orang-orang kaya yang telah terbiasa dengan kehidupan yang elit dan mewah harus menanggung beban bagaimana rasanya ketika dilarang makan dan minum pada siang hari bulan Ramadhan. Hal ini akan menghantarkan mereka untuk menyadari akan nikmat Allah swt berupa kekayaan yang diberikan kepada mereka sepanjang tahun. Selain itu, membuat mereka mengerti apa yang dirasakan oleh orang-orang susah, orang-orang yang terlantar, kaum fakir dan miskin. Sehingga, mereka benar-benar mengetahui masalah dan derita yang dialami kaum fakir. Maka, setelah itu tentu mereka akan memperbarui hubungan dan mau memberikan sebagian karunia Allah swt yang diberikan bagi mereka kepada orang-orang fakir dan miskin. Yang kita saksikan bahwa pada bulan Ramadhan adalah sedekah, infak, dan pemberian orang kaya semakin meningkat. Ini merupakan suatu tujuan dari bulan yang agung ini, yang membuat kaum kaya bisa mengerti kekurangan dan kefakiran yang menimpa saudara-saudara mereka. Dari sini tampak pentingnya Ramadhan dalam rangka ikut mempersatukan masyarakat antara umat Islam.
2. Orang-orang fakir yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya sepanjang tahun, maka dengan berkah Ramadhan, Allah swt berkenan membukakan bagi mereka pintu-pintu kebaikan yang mampu memperkecil beban mereka dan mereka bisa lebih santai, bahkan ada dari mereka yang dijadikan kaya oleh Allah swt pada bulan ini. Kebanyakan dari mereka juga menyadari bahwa martabat umat ini akan terwujud dengan persatuan dan saling bahu-membahu antara kaum kaya dan miskin. Mereka juga bisa mengerti bahwa orang-orang kaya adalah saudara mereka, sehingga mereka tidak menaruh rasa iri atas karunia yang diberikan kepada orang kaya, sebagaimana firman Allah swt,
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah" (QS An-Nahl: 71).
Ayat Ini salah satu dasar Ukhuwah dan Persamaaan dalam Islam.
Pada bulan yang mulia ini kaum muslimin dalam berbagai macam kondisi mereka tampak adanya perhatian, kasih sayang, dan hubungan erat. Hal ini adalah yang kita pahami dari apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw.,
"Sekiranya umatku mengetahui apa yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar setahun penuh adalah bulan Ramadhan."
Atau, seperti yang beliau ucapkan. "Sesungguhnya Ramadhan mampu mendekatkan jarak antara kelompok-kelompok umat dan mampu mempersatukan mereka, sehingga tinggilah martabat persatuan masyarakat, dan syiar yang hampir mati bisa hidup kembali, manusia saling memenuhi kebutuhan sesama ketika mereka berkumpul dan saling merasakan apa yang dirasakan."
Alangkah agungnya engkau wahai Ramadhan, alangkah banyak berkahmu, alangkah manis rasanya puasa dan qiyamu lail. Engkau adalah bulan yang mulia, umat Muhammad berkumpul padamu, bersatu dalam ketinggian budaya ketika Alquran dibaca tidak seperti pada bulan-bulan yang lain, dan manusia saling memperhatikan, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Dengan ini Ramadhan mampu mempersatukan sosial masyarakat, dan yang paling utama adalah dalam hal pemahaman terhadap keutuhan persatuan, dan pemahaman terhadap perhatian dan kasih sayang. Wallahu a'lam.




(sumber : Badran al-Hasan)

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Ady'S
Berdiri di lingkaran, melihat, mendengar, merasakan, membaca, menulis, mencoba berbagi...
Lihat profil lengkapku

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.