Rasakan... Kita di lingkaran... "...Berdiri di lingkaran, melihat, mendengar, merasakan, membaca, menulis, mencoba berbagi..."

Minggu, 19 Oktober 2008

Keraguan Orang-Orang yang Ingkar terhadap Wahyu (bag. 1)

10/19/2008 07:52:00 PM Posted by Ady'S No comments


 

Orang-orang jahiliah, baik yang kuno maupun modern, selalu berusaha untuk menimbulkan keraguan mengenai wahyu dengan sikap keras kepala dan sombong. Keraguan demikian itu lemah sekali dan tidak dapat diterima.

  1. Mereka mengira bahwa Alquran dari pribadi Muhammad, dengan menciptakan maknanya dan dia sendiri pula yang menyusun 'bentuk gaya bahasanya': Alquran bukanlah wahyu. Ini adalah sangkaan yang batil. Apabila Rasulullah saw. menghendaki kekuasaan untuk dirinya sendiri dan menantang manusia dengan mukjizat-mukjizaat untuk mendukung kekuasaannya, tidak perlu ia menisbahkan semua itu kepada pihak lain. Dapat saja menisbahkan Alquran kepada dirinya sendiri, karena hal itu cukup mengangkat kedudukannya dan menjadikan manusia tunduk kepada kekuasaannya, sebab kenyataannya semua orang Arab dengan segala kefasihan dan retorikanya tidak juga mampu menjawab tantangan itu. Bahkan, mungkin ini lebih mendorong mereka untuk menerima kekuasaannya, karena dia juga salah seorang dari mereka yang dapat mendatangkan apa yang tidak mereka sanggupi.

    Tidak pula dapat dikatakan bahwa dengan menisbahkan Alquran kepada wahyu ilahi, ia menginginkan untuk menjadikan kata-katanya terhormat sehingga dengan itu ia dapat memperoleh sambutan manusia untuk menaati dan menuruti perintah-perintahnya, sebab dia juga mengeluarkan kata-kata yang dinisbahkan kepadanya secara pribadi, yaitu yang dinamakan hadis nabawi yang juga wajib ditaati. Seandainya benar apa yang mereka tuduhkan, tentu kata-katanya akan dijadikannya sebagai kalam Allah Taala.

    Sangkaan ini menggambarkan bahwa Rasulullah saw. termasuk pemimpin yang menempuh cara-cara berdusta dan palsu untuk mencapai tujuan. Sangkaan itu ditolak oleh kenyataan sejarah tentang perilaku Rasulullah saw. , kejujuran, dan keterpercayaannya yang terkenal, yang sudah disaksikan oleh musuh-musuhnya sebelum disaksikan oleh kawan-kawan sendiri.

    Orang-orang munafik menuduh istrinya, Aisyah, dengan tuduhan berita bohong, padahal Aisyah seorang istri yang sangat dicintainya. Tuduhan yang demikian itu menyinggung kehormatan dan kemuliannya. Sedang wahyu pun datang terlambat, Rasulullah dan para sahabat merasa sangat sedih. Beliau berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk meneliti dan memusyawarahkannya. Satu bulan pun telah berlalu, tetapi akhirnya ia hanya dapat mengatakan kepadanya yang artinya, "Telah sampai kepadaku berita yang begini dan begitu. Apabila engkau benar-benar bersih, Allah akan membersihkanmu. Apabila engkau telah berbuat dosa, mohon ampunlah engkau kepada Allah."


    Keadaan berlangsung demikian hingga turunlah wahyu yang menyatakan kebersihan istrinya itu. Maka, apakah yang menghalanginya untuk mengatakan kata-kata yang dapat mematahkan para penuduh itu dan melindungi kehormatannya, seandainya Alquran kata-katanya sendiri. Tetapi, dia tidak mau berdusta kepada manusia dan juga tidak mau berdusta kepada Allah.

    "Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas Kami, tentulah Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian kami potong urat tali jantungnya. Maka, sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi Kami dari pemotongan urat nadi itu." (Al-Haqqah: 44-47).


     

    Ada sebagian orang meminta izin untuk tidak ikut berperang di Tabuk. Mereka mengajukan alasan. Di antara merka terdapat orang-orang munafik yang sengaja mencari-cari alasan. Nabi mengizinkan mereka. Maka, turunlah wahyu Alquran mencela dan mempersalahkan tindakannya itu.

    "Semoga Allah memaafkanmu. Mengapa engkau memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang, sebelum jelas bagimu alasan mereka) dan sebelum kau ketahui mana mereka yang benar dan mana yang berdusta?" (At-Taubah: 43).

    Seandainya teguran ini datang dari perasaannya sendiri dengan menyatakan penyesalannya ketika ternyata pendapatnya itu salah, tentulah teguran yang begitu keras itu tidak akan diungkapkannya.

    Begitu pula teguran kepadanya karena ia menerima tebusan tawanan Perang Badar. "Tidak patut bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi, sedangkan Allah menghendaki pahala akhirat untukmu. Dan Allah Maha Perkasa dan Mahabijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telaah terdahulu dari Allah, tentulah kamu akan ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil." (Al-Anfal: 67--68).


    Begitu juga adanya teguran karena berpaling dari Abdullah bin Ummi Maktum r.a. yang buta, karena menekuni salah seorang pembesar Quraisy untuk diajak masuk Islam. "Dia Muhammad bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali dia ingin membersihkan dirinya dari dosa, atau dia ingin mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada celaan atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan pengajaran, sedang dia takut kepada Allah, maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan demikian! Sesungguhnya ajaran Tuhanmu itu adalah suatu peringatan." ('Abasa: 1--11).


    Yang dikenal dalam perikehidupan Rasulullah saw. adalah bahwa dia sejak kecil merupakan teladan yang khas dalam hal budi pekerti yang baik, perilaku yang mulia, ucapan yang benar, dan kejujuran dalam kata dan perbuatan. Masayarakatnya sendiri pun telah menyaksikan itu semua ketika ia mengajak kepada mereka pada permulaan dakwah. Ia berkata kepada mereka, "Bagaimana pendapatmu sekiranya aku beri tahukan kepadamu bahwa pasukan berkuda berada di balik lembah ini akan menyerangmu, percayakah kamu kepadaku?" Mereka menjawab, "Ya, kami tidak pernah melihat engkau berdusta."


    Perikehidupannya yang suci itu menjadi daya tarik bagi manusia untuk masuk Islam. Dari Abdullah bin Sallam r.a., dia berkata, "Ketika Rasulullah saw. datang ke Madinah, orang-orang mengerumuninya. Mereka mengatakan, 'Rasulullah sudah datang, Rasulullah sudah datang!' Lalu aku datang ke dalam kerumunan orang banyak itu unuk melihatnya. Ketika aku melihat wajah Rasulullah saw, tahulah aku bahwa wajahnya itu bukanlah wajah pendusta." Orang yang memiliki sifat agung yang dihiasi oleh tanda-tanda kejujuran tidak pantas diragukan ucapannya ketika dia menyatakan tentang dirinya bahwa bukan dialah yang membuat Alquran.

    "Katakanlah, 'Tidaklah patut bagiku untuk menggantikannya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali wahyu yang diwahyukn kepadaku." (Yunus: 15).


Bersambung ...!


(Sumber: Studi Ilmu-Ilmu Qur'an, Manna Khalil al-Qattan)

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Ady'S
Berdiri di lingkaran, melihat, mendengar, merasakan, membaca, menulis, mencoba berbagi...
Lihat profil lengkapku

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.